![]() |
Credit: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRQsUDNIh9g7K5TWqNa5lLqoGaFG9gK7uA98_PpNK5uKapiPSAq |
⬇⬇
Langkah kakiku melambat, aku mengelilingi rumah tetangga beberapa kali dan pada akhirnya aku berada di depan rumahku dan merogoh kunci.
Aku lebih kesepian di dalam kamarku yang hening, merasa gugup, ku naikan volume TV, 'tapi kenapa orang-orang tertawa?' aku harap hujan turun dikegelapan.
Aku merasa kehangatan tubuh seseorang di taman bermain yang kosong, 'kenapa kehangatan ini bahkan membuatku semakin kedinginan?'
Aku membenamkan wajahku dengan menaikkan bahuku, tanganku yang kusembunyikan disakuku menjadi dingin.
Angin lebih dingin dari kemarin jadi aku meringkuk lebih dalam kedalam selimut, tapi angin menerobos ke dalam membuatku kedinginan di setiap sudut dan celah. Di luar jendela, tidak ada tanda kehidupan seperti cahaya yang padam. Aku menatap keluar, aku menghembuskan nafas tanpa arti. Kamarku lebih dingin dari musim dingin, udara lebih dingin daripada ujung jariku, jika musim semi tak pernah datang, apakah itu lebih baik?
Akankah kepingan es di kamarku meleleh ketika cerah dan hari baik datang?